Beberapa waktu lalu Presiden SBY
berpidato tentang kebijakan energi, sebelum SBY berpidato banyak SMS dan Pesan
Blackberry yang beredar agar kita mematikan TV saat SBY berpidato dalam rangka
mematuhi imbauan hemat energi dari SBY, hal ini sepertinya hanya lucu-lucuan,
tapi sesungguhnya ini adalah reaksi spontan rakyat terhadap kekonyolan imbauan
ini.
Dalam pidato itu SBY menghimbau
agar kita melakukan penghematan energi. Pada prinsipnya penghematan energi
adalah tindakan mengurangi jumlah penggunaan energi tanpa mengurangi manfaat
yang diperoleh. Kita semua harusnya mendukung program penghematan energi yang
dicanangkan oleh Pemerintah, namun sayangnya imbauan penghematan energi ini
tanpa disertai dengan sebuah rencana besar bangsa ini tentang konsep energi
nasional kedepan. Pemerintah seperti linglung dengan konsumsi BBM bersubsidi
2012 yang berpotensi lampaui kuota. Konsumsi BBM bersubsidi yang dalam APBN
2012 sebesar 40 juta kiloliter dikhawatirkan terlampaui dan ini akan sangat
memberatkan keuangan Pemerintah. Bahkan
imbauan penghematan energi yang dilontarkan SBY tanpa target yang jelas, berapa
penghematan yang bisa didapat? Berapa liter kendaraan dinas bisa memakai bahan
bakar setiap harinya? Berapa VA yang harus dihemat oleh kantor-kantor
Pemerintah? Tanpa target yang jelas imbauan penghematan ini tidak lebih dari
sebuah program retorika yang tidak jelas mau dibawah kemana. Bukan hanya tidak
ada target yang jelas, imbauan ini juga tanpa sanksi yang jelas, benar-benar
hanya sebuah imbauan tanpa arti apa-apa, seperti sebuah slogan iklan produk
baru yang hanya sesaat, hanya sebentar saja ribut, setelah itu tidak ada
bau-baunya sedikitpun.
Kita akan sulit berharap hal ini akan diikuti
oleh rakyat, karena kebijakan ini sendiri tidak langsung dapat dirasakan
manfaatnya oleh mereka. Akan lebih jelas jika kita ingin melakukan penghematan
bbm dengan cara mengurangi kendaraan pribadi yang beredar. Bahkan Mentri ESDM
mengatakan bahwa estimasi kelebihan kuota BBM subsidi didorong oleh pertumbuhan
kendaraan bermotor setiap tahunnya. Pemerintah harus berani mengambil kebijakan
menaikkan pajak kendaraan pribadi 10 kali lipat dari saat ini, dan meniadakan
pajak kendaraan umum, hal ini akan membuat biaya kendaraan umum menjadi semakin
murah, sedangkan kendaraan pribadi akan sangat berkurang jumlahnya, dan habbit untuk menggunakan kendaraan umum
akan semakin meningkat karena biaya menggunakan kendaraan umum akan jauh lebih
murah dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi. Tidak seperti saat ini,
menggunakan motor adalah pilihan paling murah dan paling cepat yang dimiliki
oleh rakyat, pantas saja jika pertumbuhan motor setiap harinya sangat tinggi
dan ini berimplikasi juga terhadap angka kecelakaan lalu lintas. Data
Kepolisian RI menyebutkan, 70% dari total kecelakaan di Indonesia adalah
keterlibatan sepeda motor. Data Tahun 2009 angka kecelakaan sepeda motor yang
menelan korban jiwa 18 ribu nyawa. Tapi rakyat tidak punya pilihan, mereka rela
bertaruh nyawa demi mendapatkan transportasi yang murah dan cepat, yang tidak
bisa disediakan oleh negara.
Jika pajak mobil pribadi pertahun sekitar 20 juta,
dan semakin tua usia mobil maka akan semakin mahal pajaknya, saya sangat yakin
jumlah mobil yang beredar akan berkurang drastis. Data Polda Metro Jaya
menyebutkan ada sekitar 12 juta kendaraan hilir mudik pada tahun 2011 di jalan
Jakarta. Diperkirakan, bila tidak diambil langkah cepat dan tepat lalulntas
Jakarta akan lumpuh. Polisi merilis tahun 2010 ini jumlah kendaraan di jakarta
mencapai 11.362.396 unit kendaraan. Terdiri dari 8.244.346 unit kendaraan roda
dua dan 3.118.050 unit kendaraan roda empat. Bila hal ini dapat dikurangi
dengan menaikkan pajak kendaraan secara signifikan maka akan sangat berpengaruh
terhadap jumlah BBM yang dikonsumsi setiap harinya, belum lagi hal ini akan mengurangi kemacetan di Jakarta,
dan tentu saja hal ini akan menghemat BBM, ada keuntungan ganda yang kita
dapatkan jika kita menerapkan kebijakan pengurangan kendaraan pribadi, subsidi
BBM yang biasa kita keluarkan dapat kita gunakan untuk membangun infrastruktur
transportasi massal. Dan ini harus segera kita mulai, jangan biarkan negara ini
menjadi sebuah negara yang makin hari makin tidak teratur. Alangkah indahnya
jika kita dapat berjalan kaki tanpa polusi dari stasiun kereta ke kantor
masing-masing.
Hari ini kita adalah pengimpor
minyak dari negara lain, kita bukan lagi negara eksportir minyak sperti dahulu,
semakin hari produksi minyak kita semakin menurun. Negara ini harus
mengeluarkan setiap harinya 57 juta dolar untuk membeli 500 ribu barel. Belum
lagi mafia impor minyak yang disinyalir oleh Rizal Ramli merugikan negara
sebesar 20 Miliar Rupiah setiap harinya. “Ada mafia migas kelompok orang yang
mendapatkan keuntungan 2-3 dolar perhari, kalikan 900 ribu barel, mereka dapat
lebih dari 2 juta dolar, 20 miliar perhari, kalikan 360 mereka dapat lebih dari
7 triliyun, tetapi mereka ada karena dukungan dari kekuasaan, mereka menyogok
orang-orang yang berkuasa,” ungkap Rizal Ramli
TABEL PRODUKSI MINYAK BUMI
Ribu Barel
Tahun
|
Minyak
Bumi
|
Kondensat
|
Jumlah
|
2004
|
353.945
|
46.541
|
400.486
|
2005
|
341.203
|
46.450
|
387.654
|
2006
|
322.350
|
44.699
|
367.050
|
2007
|
305.137
|
43.211
|
348.348
|
2008
|
312.484
|
45.016
|
357.500
|
2009
|
301.663
|
44.650
|
346.313
|
2010
|
300.872
|
43.965
|
344.836
|
2011*
|
289.445
|
40.150
|
329.595
|
Sumber Ditjen MIGAS diolah Pusdatin
Keterangan: MBOPD = Ribu Barel per
Day
Terlihat jelas dalam tabel diatas
bahwa produksi minyak Indonesia setiap tahun semakin menurun, dan itu tidak
dapat kita hindari karena memang pada dasarnya minyak bumi adalah bahan bakar
yang tidak terbarukan, suatu saat akan habis jika terus menerus kita ambil.
Alangkah bijaknya jika sebelum kita kehabisan sumber minyak bumi, kita telah
mengembangkan dengan serius sumber bahan bakar lestari.
Kita memiliki sinar matahari
sepanjang tahun, sebuah anugerah yang tiada tara, yang dapat kita gunakan
sebagai sumber energi tanpa harus menguras kekayaan alam yang ada di Bumi
Pertiwi apalagi jika harus tergantung dari energi negara lain dengan
mengorbankan devisa.
Kita sama-sama tahu bahwa bangsa
ini dikarunia oleh kekayaan alam berupa sumber energi hayati yang sangat
tinggi. Kita seharusnya mulai konsentrasi membangun kekuatan energi dengan cara
mengaktifkan kemampuan kita dalam memproduksi Bahan Bakar Hayati (Biofuel).
Saat ini kita memiliki lahan terlantar sekitar 7 juta hektar, dan kita harus berani
mengambil langkah menanam aren untuk kebutuhan energi kita dilahan terlantar.
Jika program menanam aren
dilakukan dalam jumlah besar, maka kebutuhan energi kita akan tercukupi dari
produksi dalam negeri. Tidak seperti saat ini, kita merupakan negara pengimpor
minyak mentah 500 ribu barel perhari, jika dalam setahun kalikan saja 360 hari
luar biasa besarnya.
Satu juta hektar lahan aren akan
mampu menghasilkan bioetanol 36 milyar liter pertahun, ini akan menghemat
devisa negara yang sangat besar, belum lagi hal ini akan menciptakan lapangan
kerja minimal 3 juta lapangan kerja baru. Dengan biaya yang hanya sekitar 50
Triliun, kita harusnya mampu menggerakkan negara ini menjadi negara berdaulat
energi. Bahkan sebenarnya kita mampu menjadi sumber energi dunia dengan sumber
energi terbarukan yang kita miliki. Kalau kita telisik APBN kita, kita bahkan
menghambur-hamburkan uang puluhan triliun hanya untuk biaya perjalanan dinas.
Luar biasa, ternyata kita sebenarnya mampu melakukan gerakan berdaulat energi
untuk bangsa dengan cara mendorong kemampuan negara dalam mengelola potensi
energi terbarukan yang dimiliki negara ini. Energi seperti ini dapat diproduksi
secara rumahan, bahkan rakyat dapat didorong menjadi penghasil energi dengan
cara menanam jarak pagar dihalaman rumahnya masing-masing. Sebuah gerakan yang
seharusnya kita mulai dari dulu, tapi belum terlambat untuk kita mulai saat
ini. Ini saatnya kita bangkit dari ketergantungan kita terhadap impor minyak
dari luar, saatnya kita mampu mengatasi kebutuhan energi kita sendiri dan kita
mampu untuk membantu dunia lebih ramah lingkungan dengan menggunakan energi
terbarukan dari negara kita. Kita harus menjadi negara sumber energi dunia.
Kita harus mengendalikan peradaban dunia karena kita memiliki sumber energi
yang luar biasa.
(Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Garuda)