Rabu, 21 November 2012

Penghematan Energi atau Kebijakan yang salah arah?


Beberapa waktu lalu Presiden SBY berpidato tentang kebijakan energi, sebelum SBY berpidato banyak SMS dan Pesan Blackberry yang beredar agar kita mematikan TV saat SBY berpidato dalam rangka mematuhi imbauan hemat energi dari SBY, hal ini sepertinya hanya lucu-lucuan, tapi sesungguhnya ini adalah reaksi spontan rakyat terhadap kekonyolan imbauan ini.

Dalam pidato itu SBY menghimbau agar kita melakukan penghematan energi. Pada prinsipnya penghematan energi adalah tindakan mengurangi jumlah penggunaan energi tanpa mengurangi manfaat yang diperoleh. Kita semua harusnya mendukung program penghematan energi yang dicanangkan oleh Pemerintah, namun sayangnya imbauan penghematan energi ini tanpa disertai dengan sebuah rencana besar bangsa ini tentang konsep energi nasional kedepan. Pemerintah seperti linglung dengan konsumsi BBM bersubsidi 2012 yang berpotensi lampaui kuota. Konsumsi BBM bersubsidi yang dalam APBN 2012 sebesar 40 juta kiloliter dikhawatirkan terlampaui dan ini akan sangat memberatkan keuangan Pemerintah.  Bahkan imbauan penghematan energi yang dilontarkan SBY tanpa target yang jelas, berapa penghematan yang bisa didapat? Berapa liter kendaraan dinas bisa memakai bahan bakar setiap harinya? Berapa VA yang harus dihemat oleh kantor-kantor Pemerintah? Tanpa target yang jelas imbauan penghematan ini tidak lebih dari sebuah program retorika yang tidak jelas mau dibawah kemana. Bukan hanya tidak ada target yang jelas, imbauan ini juga tanpa sanksi yang jelas, benar-benar hanya sebuah imbauan tanpa arti apa-apa, seperti sebuah slogan iklan produk baru yang hanya sesaat, hanya sebentar saja ribut, setelah itu tidak ada bau-baunya sedikitpun.
Kita akan sulit berharap hal ini akan diikuti oleh rakyat, karena kebijakan ini sendiri tidak langsung dapat dirasakan manfaatnya oleh mereka. Akan lebih jelas jika kita ingin melakukan penghematan bbm dengan cara mengurangi kendaraan pribadi yang beredar. Bahkan Mentri ESDM mengatakan bahwa estimasi kelebihan kuota BBM subsidi didorong oleh pertumbuhan kendaraan bermotor setiap tahunnya. Pemerintah harus berani mengambil kebijakan menaikkan pajak kendaraan pribadi 10 kali lipat dari saat ini, dan meniadakan pajak kendaraan umum, hal ini akan membuat biaya kendaraan umum menjadi semakin murah, sedangkan kendaraan pribadi akan sangat berkurang jumlahnya, dan habbit untuk menggunakan kendaraan umum akan semakin meningkat karena biaya menggunakan kendaraan umum akan jauh lebih murah dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi. Tidak seperti saat ini, menggunakan motor adalah pilihan paling murah dan paling cepat yang dimiliki oleh rakyat, pantas saja jika pertumbuhan motor setiap harinya sangat tinggi dan ini berimplikasi juga terhadap angka kecelakaan lalu lintas. Data Kepolisian RI menyebutkan, 70% dari total kecelakaan di Indonesia adalah keterlibatan sepeda motor. Data Tahun 2009 angka kecelakaan sepeda motor yang menelan korban jiwa 18 ribu nyawa. Tapi rakyat tidak punya pilihan, mereka rela bertaruh nyawa demi mendapatkan transportasi yang murah dan cepat, yang tidak bisa disediakan oleh negara. 

Jika pajak mobil pribadi pertahun sekitar 20 juta, dan semakin tua usia mobil maka akan semakin mahal pajaknya, saya sangat yakin jumlah mobil yang beredar akan berkurang drastis. Data Polda Metro Jaya menyebutkan ada sekitar 12 juta kendaraan hilir mudik pada tahun 2011 di jalan Jakarta. Diperkirakan, bila tidak diambil langkah cepat dan tepat lalulntas Jakarta akan lumpuh. Polisi merilis tahun 2010 ini jumlah kendaraan di jakarta mencapai 11.362.396 unit kendaraan. Terdiri dari 8.244.346 unit kendaraan roda dua dan 3.118.050 unit kendaraan roda empat. Bila hal ini dapat dikurangi dengan menaikkan pajak kendaraan secara signifikan maka akan sangat berpengaruh terhadap jumlah BBM yang dikonsumsi setiap harinya, belum lagi  hal ini akan mengurangi kemacetan di Jakarta, dan tentu saja hal ini akan menghemat BBM, ada keuntungan ganda yang kita dapatkan jika kita menerapkan kebijakan pengurangan kendaraan pribadi, subsidi BBM yang biasa kita keluarkan dapat kita gunakan untuk membangun infrastruktur transportasi massal. Dan ini harus segera kita mulai, jangan biarkan negara ini menjadi sebuah negara yang makin hari makin tidak teratur. Alangkah indahnya jika kita dapat berjalan kaki tanpa polusi dari stasiun kereta ke kantor masing-masing.

Hari ini kita adalah pengimpor minyak dari negara lain, kita bukan lagi negara eksportir minyak sperti dahulu, semakin hari produksi minyak kita semakin menurun. Negara ini harus mengeluarkan setiap harinya 57 juta dolar untuk membeli 500 ribu barel. Belum lagi mafia impor minyak yang disinyalir oleh Rizal Ramli merugikan negara sebesar 20 Miliar Rupiah setiap harinya. “Ada mafia migas kelompok orang yang mendapatkan keuntungan 2-3 dolar perhari, kalikan 900 ribu barel, mereka dapat lebih dari 2 juta dolar, 20 miliar perhari, kalikan 360 mereka dapat lebih dari 7 triliyun, tetapi mereka ada karena dukungan dari kekuasaan, mereka menyogok orang-orang yang berkuasa,” ungkap Rizal Ramli

TABEL PRODUKSI MINYAK BUMI 
Ribu Barel 

Tahun
Minyak Bumi
Kondensat
Jumlah
2004
353.945
46.541
 400.486
2005
341.203
46.450
387.654
2006
322.350
44.699
367.050
2007
305.137
43.211
348.348
2008
312.484
45.016
357.500
2009
301.663
44.650
346.313
2010
300.872
43.965
344.836
2011*
289.445
40.150
329.595

Sumber Ditjen MIGAS diolah Pusdatin
Keterangan: MBOPD = Ribu Barel per Day
Terlihat jelas dalam tabel diatas bahwa produksi minyak Indonesia setiap tahun semakin menurun, dan itu tidak dapat kita hindari karena memang pada dasarnya minyak bumi adalah bahan bakar yang tidak terbarukan, suatu saat akan habis jika terus menerus kita ambil. Alangkah bijaknya jika sebelum kita kehabisan sumber minyak bumi, kita telah mengembangkan dengan serius sumber bahan bakar lestari.
Kita memiliki sinar matahari sepanjang tahun, sebuah anugerah yang tiada tara, yang dapat kita gunakan sebagai sumber energi tanpa harus menguras kekayaan alam yang ada di Bumi Pertiwi apalagi jika harus tergantung dari energi negara lain dengan mengorbankan devisa.
Kita sama-sama tahu bahwa bangsa ini dikarunia oleh kekayaan alam berupa sumber energi hayati yang sangat tinggi. Kita seharusnya mulai konsentrasi membangun kekuatan energi dengan cara mengaktifkan kemampuan kita dalam memproduksi Bahan Bakar Hayati (Biofuel). Saat ini kita memiliki lahan terlantar sekitar 7 juta hektar, dan kita harus berani mengambil langkah menanam aren untuk kebutuhan energi kita dilahan terlantar.
Jika program menanam aren dilakukan dalam jumlah besar, maka kebutuhan energi kita akan tercukupi dari produksi dalam negeri. Tidak seperti saat ini, kita merupakan negara pengimpor minyak mentah 500 ribu barel perhari, jika dalam setahun kalikan saja 360 hari luar biasa besarnya.

Satu juta hektar lahan aren akan mampu menghasilkan bioetanol 36 milyar liter pertahun, ini akan menghemat devisa negara yang sangat besar, belum lagi hal ini akan menciptakan lapangan kerja minimal 3 juta lapangan kerja baru. Dengan biaya yang hanya sekitar 50 Triliun, kita harusnya mampu menggerakkan negara ini menjadi negara berdaulat energi. Bahkan sebenarnya kita mampu menjadi sumber energi dunia dengan sumber energi terbarukan yang kita miliki. Kalau kita telisik APBN kita, kita bahkan menghambur-hamburkan uang puluhan triliun hanya untuk biaya perjalanan dinas. Luar biasa, ternyata kita sebenarnya mampu melakukan gerakan berdaulat energi untuk bangsa dengan cara mendorong kemampuan negara dalam mengelola potensi energi terbarukan yang dimiliki negara ini. Energi seperti ini dapat diproduksi secara rumahan, bahkan rakyat dapat didorong menjadi penghasil energi dengan cara menanam jarak pagar dihalaman rumahnya masing-masing. Sebuah gerakan yang seharusnya kita mulai dari dulu, tapi belum terlambat untuk kita mulai saat ini. Ini saatnya kita bangkit dari ketergantungan kita terhadap impor minyak dari luar, saatnya kita mampu mengatasi kebutuhan energi kita sendiri dan kita mampu untuk membantu dunia lebih ramah lingkungan dengan menggunakan energi terbarukan dari negara kita. Kita harus menjadi negara sumber energi dunia. Kita harus mengendalikan peradaban dunia karena kita memiliki sumber energi yang luar biasa.

(Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Garuda)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar