Beberapa hari
ini berita di televisi dan surat khabar dipenuhi dengan cerita tentang sang
Calon Kapolri, bahkan berita tentang calon Kapolri mengurangi berita seru
akhir-akhir ini tentang pencarian pesawat Air Asia yang hilang dalam perjalanan
dari Surabaya ke Singapura yang memenuhi layar kaca dalam 17 hari belakangan
ini. Hal inilah yang mengelitik saya untuk menulis sedikit hal yang menurut
saya mungkin saja terjadi dibalik panggung yang heboh tentang pencalonan
Kapolri yang menjadi tersangka oleh KPK. Setidaknya drama ini membuat saya
sedikit lebih produktif dalam menulis, jadi ambil sisi positifnya saja ya om,
hehehe.
Cerita tentang
calon Kapolri yang menjadi tersangka banyak mengaduk-aduk perasaan baik itu
para pendukung om Joko maupun para penentangnya. Para pendukungnya walau masih
berusaha membela dengan berbagai dalih yang berusaha dikeluarkan, namun ada
juga yang sudah terang-terangan menarik dukungannya. Hal ini sangat wajar
terjadi, dimana banyak yang kecewa dengan cara om Joko mengajukan sang Calon
Kapolri yang notabene memiliki catatan merah tentang korupsi. Hal yang lebih
seru terjadi dipihak para penentang om Joko, mereka seperti memiliki senjata
baru untuk membalas kebencian mereka pada om Joko, seolah mereka menemukan
titik terang kelemahan om Joko, dan bahwa Presiden yang mereka tentang memang
sangat sangat buruk dan sekarang telah terbukti. Hal inipun bisa dimaklumi pada
dukungan masyarakat yang sangat terbelah saat ini.
Ada banyak isu
yang mengiringi pencalonan Budi Gunawan sebagai Kapolri menggantikan Sutarman,
bahkan banyak bisik-bisik tentang persaingan dalam pergantian Kapolri ini,
mulai dari persaingan dikalangan polisi sendiri, permainan para petinggi KPK
maupun yang lebih tinggi lagi yaitu permainan dan persaingan dikalangan istana.
Wew ini lebih seru lagi, permainan tingkat tinggi yang sulit diraba ataupun
direka-reka kemana arahnya.
Awal hari dimana
Budi Gunawan ditetapkan tersangka oleh KPK pada pukul 2 siang, aku sore harinya
menulis status di Facebook sebagai media sosial favoritku, hehehe. Hal yang aku
tulis di akun Facebook ku adalah kira-kira begini “Aku tidak ingin ikut menghujat kesalahan
Jokowi dalam memilih Kapolri yang dijadikan tersangka oleh KPK, mari kita
cermati permainan apa lagi ini??, gak mungkin ini sebuah kecelakaan politik
Jokowi, apa ada design besar dibalik semua ini??”. Dalam status fbku
ini aku bermaksud menuliskan bahwa semua yang terjadi bukan sebuah kecelakan
politik yang tidak disengaja oleh om Joko, namun saya masih menebak-nebak
kira-kira kemana arah permainan dan design besar yang direncanakan oleh om
Joko. Namun hal yang luar biasa pada status fb ku saat itu adalah aku mendapat
respon dan komentar positif dari temanku yang selama ini adalah sebagai
pendukung om Joko. Lumayan, setidaknya aku tidak diserang habis-habisan oleh
mereka seperti biasanya jika aku menulis kritik tentang kesalahan om Joko dan
kelompoknya, termasuk saat aku mengkritik om Jonan beberapa waktu yang lalu.
Dalam statusku itu sebenarnya aku memperkirakan
permainan ini akan cukup panjang dan rumit, bahkan permainan yang belum dapat
aku tebak seperti apa ujungnya, namun aku menunggu permainan seperti apa yang
sedang dimainkan oleh om Joko. Permainan apa pula yang kira-kira akan dimainkan
oleh pihak oposisi menyikapi hal ini. Berbagai analisa tentang langkah-langkah
yang mesti diambil didiskusikan dengan penuh semangat oleh kawan-kawan. Bahkan kami
para tenaga ahli pulang sangat terlambat pada hari itu dimana dengan penuh
semangat kami mengikuti perkembangan kasus sang calon Kapolri.
Banyak perkiraan
tentang bagaimana penetapan Budi Gunawan sebagai calon Kapolri, namun hampir semua
perkiraan menyatakan bahwa om Joko sesungguhnya tidak menginginkan Budi Gunawan
sebagai sang Calon Kapolri. Analisa pertama bahwa Penetapan Budi Gunawan
sebagai calon tunggal Kapolri yang diajukan ke DPR adalah pesanan sang bunda
Megawati, yang merupakan pemilik Partai pemenang pemilu saat ini dan
diindikasikan sebagai sang dalang, sehingga om Joko kesulitan untuk menolak
pesanan ini. Seperti diketahui banyak pihak bahwa Budi Gunawan ini adalah
mantan Ajudan sang bunda pada saat sang bunda menjabat sebagai Presiden dahulu
kala, hehehe. Dalam analisanya kawan-kawan berasumsi bahwa om Joko bermain mata
dengan KPK dalam hal ini, setelah dia mengajukan Budi Gunawan sebagai calon
tunggal Kapolri kepada DPR yang berarti telah menggugurkan kewajibannya kepada
sang bunda, namun dilain pihak om Joko meminta KPK untuk menetapkan Budi
Gunawan sebagai tersangka agar DPR mendapat tekanan publik untuk tidak menerima
Budi Gunawan sebagai Calon Kapolri. Sepintas analisa ini sangat masuk akal,
terlihat langkah yang sangat semberono dan tolol, apalagi saya cermati dalam
Konpressnya pimpinan KPK sempat menyatakan bahwa mereka telah memperingatkan om
Joko sebelum penetapan Calon Kapolri bahwa calon yang akan diajukan yaitu Budi
Gunawan memiliki masalah hukum serius. Berarti KPK menyatakan bahwa om Joko
telah mengetahui indikasi kuat sang calon Kapolri terkait masalah hukum, namun
tetap mengajukan Budi Gunawan sebagai Calon Tunggal Kapolri kepada DPR. Berdasarkan
pernyataan pimpinan KPK ini, maka menurut saya analisa tentang scenario 1 ini
kurang tepat. Agak berbeda dengan teman-teman lain yang menyatakan bahwa
analisa scenario 1 ini adalah yang paling mungkin, sehingga langkah yang mesti
diambil adalah menyetujui pencalonan Budi Gunawan sebagai Kapolri sehingga memposisikan
om Joko berhadap-hadapan dengan sang Bunda dan Masyarakat. Aku sebenernya
kurang setuju dengan langkah yang akan diambil ini, karena akan sangat beresiko
terhadap dukungan masyarakat terhadap Gerindra. Menyetujui calon Kapolri yang
sudah berstatus tersangka adalah langkah yang terlalu berani dan beresiko. Tadinya
aku berharap langkah yang diambil adalah mendorong Budi Gunawan untuk tetap
menjadi calon Kapolri, namun diujung permainan pada sidang paripurna Fraksi
Partai Gerindra menolak pencalonan Kapolri. Langkah cantik yang dimainkan oleh salah
satu fraksi menurutku mendapat point tambahan dalam hal ini karena sang Calon
tetap melaju namun Fraksi tersebut tetap dapat menolak sang Calon, sungguh
politik yang licin dan penuh dengan perhitungan. Saya yakin sebenarnya Fraksi
yang menolak tersebut berharap sang Calon Kapolri tetap melaju, walau tanpa
dukungan dari mereka.
Analisa Scenario
2 adalah bahwa om JK sebagai kawan sekaligus rival paling potensial om Joko
saat ini memiliki calon Kapolri yang lain, karena itu om JK berusaha
menghalangi calon Kapolri ini dengan mengungkapkan dosa-dosa Budi Gunawan
kepada om Joko melalui tangan KPK, istilah patennya nabok nyilih tangan. Usaha-usaha ini telah dilakukan oleh KPK
sebelum pencalonan ini resmi diajukan kepada DPR seperti yang diakui oleh pimpinan
KPK dalam Konpressnya pada saat penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka. Karena
om Joko tetap ngotot mengajukan Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri
kepada DPR, maka kartu truff dibuka untuk menggagalkan sang calon. Jika scenario
ini yang benar, harusnya DPR dalam hal ini KMP berpikir ulang untuk menyetujui
Budi Gunawan sebagai Kapolri, setidaknya resiko yang diambil akan lebih kecil
dan membiarkan om JK menjadi lawan yang tangguh bagi om Joko dengan kemungkinan
calon dari om JK yang lolos. Analisa scenario 2 ini didukung dengan fakta bahwa
Metro TV yang merupakan official TV dari om Joko tidak terlalu keras mengungkit
keburukan dari Budi Gunawan, sehingga ada juga kemungkinan bahwa sang calon
memang dikehendaki oleh om Joko untuk mengamankan posisinya, namun persaingan
keras dengan om JK yang membuat scenario
ini sehingga menampar kredibiltas om Joko sebagai seorang Pemimpin yang
dianggap bersih oleh para pendukungnya berusaha dipatahkan oleh om JK. Scenario
ini membuat om JK seolah memukul om Joko dua kali tamparan sekaligus, pertama
menampar om Joko bahwa dia mencalonkan Kapolri yang korup berarti juga bahwa
dia melindungi orang-orang disekitarnya yang korup dan juga mendapat keuntungan
dengan kemungkinan gagalnya sang calon menjadi Kapolri sehingga ada kesempatan
mengajukan calon lain yang dikehendaki oleh om JK. Jika scenario ini benar maka om Joko masuk
kategori nekat dan gak punya otak serta tidak memiliki banyak kawan di dunia birokrasi
sehingga terpaksa melakukan langkah-langkah konyol dengan menetapkan Budi
Gunawan sebagai Calon Kapolri.
Ada analisa
Scenario 3 yang agak mirip dengan scenario 2, hanya saja dalam hal ini dalangnya
berbeda. Dalang dalam scenario 3 ini adalah Sutarman, yang merupakan Kapolri
aktif saat ini. Indikasi kebenaran scenario ini adalah dengan adanya pernyataan
Sutarman bahwa om Joko tidak pernah berkonsultasi dengannya tentang penetapan
calon Kapolri dan adanya desas desus kemarin bahwa Sutarman menolak dipanggil
oleh Jokowi. Scenario 3 ini juga dimungkinkan didalangi oleh Kabareskrim
Suhardi yang berminat menjadi Kapolri, sehingga membeberkan data tentang
bukti-bukti korupsi Budi Gunawan kepada KPK. Bisa jadi sebenarnya scenario 2
dan scenario 3 berdampingan karena masing-masing pihak yang memiliki musuh dan
kepentingan yang sama. Bahkan analisa bahwa ada dendam tersendiri dalam diri
pimpinan KPK terhadap om Joko karena tidak mendapatkan porsi sebagai anggota
kabinet ataupun Jaksa Agung menjadi bumbu-bumbu dalam kedua scenario ini, juga
bumbu tentang kedekatan Pimpinan KPK kepada om JK sehingga dapat diajak
bekerjasama dalam kedua scenario ini. Jika scenario 2 dan scenario 3 adalah
yang benar, maka saya beranggapan sebaiknya KMP menghalangi calon Kapolri dari
om Joko, sehingga om JK punya kesempatan untuk mengajukan calon Kapolri versi
mereka dan membuat posisi om Joko semakin lemah. Tentu saja om JK
berkepentingan sangat besar dalam meloloskan Kapolri versi mereka, karena
dukungan Kapolri dan militer sangat diperlukan oleh om JK dalam melengserkan om
Joko dari tampuk kekuasaan. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya bahwa om JK
merupakan lawan om Joko yang paling potensial saat ini. Jika om Joko lengser
dari kekuasaannya maka dalam UUD om JK langsung menduduki tampuk kekuasaan
nomor satu itu, om JK menyadari jika melalui pemilihan secara langsung oleh rakyat sangat
kecil kemungkinan om JK bisa menang sebagai Calon orang nomor satu di negeri
ini. Jadi jalan satu-satunya untuk menduduki kursi nomor satu dinegeri ini bagi
om JK adalah melengserkan om Joko ditengah jalan. Saya bahkan menduga dalam
perjalanan Golkar dan PDIP akan dibujuk oleh om JK untuk memuluskan langkahnya ini. Fakta
yang menguatkan scenario ini adalah pencopotan Kabareskrim dari jabatannya hari
ini oleh om Joko, sesuatu yang terlihat agak terang benderang walaupun diakui
sebagai rotasi jabatan biasa.
Dari ketiga
scenario ini ada yang agak luput, yaitu bagaimana jika setelah disetujui oleh
DPR calon Kapolri ini tidak jadi dilantik oleh om Joko?. Indikasi ini terlihat
jelas dengan menguatnya tekanan media dan “masyarakat” yang membuat petisi
tentang penolakan Budi Gunawan sebagai calon Kapolri. Petisi yang dibuat oleh “masyarakat”
dan tekanan media pendukung om Joko bisa jadi merupakan scenario tersendiri
sehingga menjadi alasan bagi om Joko untuk tidak melantik Budi Gunawan sebagai
Kapolri. Bahkan dengan bombardir berita tentang Budi Gunawan yang kaya raya
terselip berita tentang Bribda Taufik anggota Shabara Polda DIY yang miskin dan
tinggal dikandang sapi, hehehe sungguh terlihat sekali dengan mata telanjang bagaimana
pemberitaan dinegeri ini adalah industri yang menyokong kekuasaan. Indikasi
lain tentang scenario tambahan ini terlihat dari dipanggilnya para petinggi Polri termasuk Sutarman,
Wakapolri dan Budi Gunawan oleh om Joko ke Istana. Kedatangan mereka menguatkan
dugaan bahwa om Joko berusaha berunding dengan petinggi Polri tentang
pencalonan Kapolri ini dengan mengungkapkan fakta bahwa banyaknya penolakan
dari masyarakat. Jika om Joko menolak melantik Budi Gunawan sebagai Kapolri
maka dia mencuri point ditengah DPR yang serentak menyetujui pencalonan ini. Dia
bisa beralasan bahwa pada saat dia mengajukan Budi Gunawan kepada DPR sebagai
calon Kapolri belum memiliki status sebagai tersangka, berbeda dengan DPR yang menyetujui
Budi Gunawan sebagai Calon Kapolri pada saat sang calon telah ditetapkan
sebagai tersangka. Maka dengan alasan inilah om Joko dapat mencuri point
ditengah polemik ini dan tetap bisa menolak pesanan dari sang bunda.
Entahlah semua ini hanya merupakan
analisa pinggiran, kita tunggu saja sinetronnya ya....selamat menikmati