Jumat, 16 Januari 2015

Drama Kapolri om Joko


Beberapa hari ini berita di televisi dan surat khabar dipenuhi dengan cerita tentang sang Calon Kapolri, bahkan berita tentang calon Kapolri mengurangi berita seru akhir-akhir ini tentang pencarian pesawat Air Asia yang hilang dalam perjalanan dari Surabaya ke Singapura yang memenuhi layar kaca dalam 17 hari belakangan ini. Hal inilah yang mengelitik saya untuk menulis sedikit hal yang menurut saya mungkin saja terjadi dibalik panggung yang heboh tentang pencalonan Kapolri yang menjadi tersangka oleh KPK. Setidaknya drama ini membuat saya sedikit lebih produktif dalam menulis, jadi ambil sisi positifnya saja ya om, hehehe.

Cerita tentang calon Kapolri yang menjadi tersangka banyak mengaduk-aduk perasaan baik itu para pendukung om Joko maupun para penentangnya. Para pendukungnya walau masih berusaha membela dengan berbagai dalih yang berusaha dikeluarkan, namun ada juga yang sudah terang-terangan menarik dukungannya. Hal ini sangat wajar terjadi, dimana banyak yang kecewa dengan cara om Joko mengajukan sang Calon Kapolri yang notabene memiliki catatan merah tentang korupsi. Hal yang lebih seru terjadi dipihak para penentang om Joko, mereka seperti memiliki senjata baru untuk membalas kebencian mereka pada om Joko, seolah mereka menemukan titik terang kelemahan om Joko, dan bahwa Presiden yang mereka tentang memang sangat sangat buruk dan sekarang telah terbukti. Hal inipun bisa dimaklumi pada dukungan masyarakat yang sangat terbelah saat ini.

Ada banyak isu yang mengiringi pencalonan Budi Gunawan sebagai Kapolri menggantikan Sutarman, bahkan banyak bisik-bisik tentang persaingan dalam pergantian Kapolri ini, mulai dari persaingan dikalangan polisi sendiri, permainan para petinggi KPK maupun yang lebih tinggi lagi yaitu permainan dan persaingan dikalangan istana. Wew ini lebih seru lagi, permainan tingkat tinggi yang sulit diraba ataupun direka-reka kemana arahnya.

Awal hari dimana Budi Gunawan ditetapkan tersangka oleh KPK pada pukul 2 siang, aku sore harinya menulis status di Facebook sebagai media sosial favoritku, hehehe. Hal yang aku tulis di akun Facebook ku adalah kira-kira begini “Aku tidak ingin ikut menghujat kesalahan Jokowi dalam memilih Kapolri yang dijadikan tersangka oleh KPK, mari kita cermati permainan apa lagi ini??, gak mungkin ini sebuah kecelakaan politik Jokowi, apa ada design besar dibalik semua ini??”. Dalam status fbku ini aku bermaksud menuliskan bahwa semua yang terjadi bukan sebuah kecelakan politik yang tidak disengaja oleh om Joko, namun saya masih menebak-nebak kira-kira kemana arah permainan dan design besar yang direncanakan oleh om Joko. Namun hal yang luar biasa pada status fb ku saat itu adalah aku mendapat respon dan komentar positif dari temanku yang selama ini adalah sebagai pendukung om Joko. Lumayan, setidaknya aku tidak diserang habis-habisan oleh mereka seperti biasanya jika aku menulis kritik tentang kesalahan om Joko dan kelompoknya, termasuk saat aku mengkritik om Jonan beberapa waktu yang lalu.  

Dalam statusku itu sebenarnya aku memperkirakan permainan ini akan cukup panjang dan rumit, bahkan permainan yang belum dapat aku tebak seperti apa ujungnya, namun aku menunggu permainan seperti apa yang sedang dimainkan oleh om Joko. Permainan apa pula yang kira-kira akan dimainkan oleh pihak oposisi menyikapi hal ini. Berbagai analisa tentang langkah-langkah yang mesti diambil didiskusikan dengan penuh semangat oleh kawan-kawan. Bahkan kami para tenaga ahli pulang sangat terlambat pada hari itu dimana dengan penuh semangat kami mengikuti perkembangan kasus sang calon Kapolri.

Banyak perkiraan tentang bagaimana penetapan Budi Gunawan sebagai calon Kapolri, namun hampir semua perkiraan menyatakan bahwa om Joko sesungguhnya tidak menginginkan Budi Gunawan sebagai sang Calon Kapolri. Analisa pertama bahwa Penetapan Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri yang diajukan ke DPR adalah pesanan sang bunda Megawati, yang merupakan pemilik Partai pemenang pemilu saat ini dan diindikasikan sebagai sang dalang, sehingga om Joko kesulitan untuk menolak pesanan ini. Seperti diketahui banyak pihak bahwa Budi Gunawan ini adalah mantan Ajudan sang bunda pada saat sang bunda menjabat sebagai Presiden dahulu kala, hehehe. Dalam analisanya kawan-kawan berasumsi bahwa om Joko bermain mata dengan KPK dalam hal ini, setelah dia mengajukan Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri kepada DPR yang berarti telah menggugurkan kewajibannya kepada sang bunda, namun dilain pihak om Joko meminta KPK untuk menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka agar DPR mendapat tekanan publik untuk tidak menerima Budi Gunawan sebagai Calon Kapolri. Sepintas analisa ini sangat masuk akal, terlihat langkah yang sangat semberono dan tolol, apalagi saya cermati dalam Konpressnya pimpinan KPK sempat menyatakan bahwa mereka telah memperingatkan om Joko sebelum penetapan Calon Kapolri bahwa calon yang akan diajukan yaitu Budi Gunawan memiliki masalah hukum serius. Berarti KPK menyatakan bahwa om Joko telah mengetahui indikasi kuat sang calon Kapolri terkait masalah hukum, namun tetap mengajukan Budi Gunawan sebagai Calon Tunggal Kapolri kepada DPR. Berdasarkan pernyataan pimpinan KPK ini, maka menurut saya analisa tentang scenario 1 ini kurang tepat. Agak berbeda dengan teman-teman lain yang menyatakan bahwa analisa scenario 1 ini adalah yang paling mungkin, sehingga langkah yang mesti diambil adalah menyetujui pencalonan Budi Gunawan sebagai Kapolri sehingga memposisikan om Joko berhadap-hadapan dengan sang Bunda dan Masyarakat. Aku sebenernya kurang setuju dengan langkah yang akan diambil ini, karena akan sangat beresiko terhadap dukungan masyarakat terhadap Gerindra. Menyetujui calon Kapolri yang sudah berstatus tersangka adalah langkah yang terlalu berani dan beresiko. Tadinya aku berharap langkah yang diambil adalah mendorong Budi Gunawan untuk tetap menjadi calon Kapolri, namun diujung permainan pada sidang paripurna Fraksi Partai Gerindra menolak pencalonan Kapolri. Langkah cantik yang dimainkan oleh salah satu fraksi menurutku mendapat point tambahan dalam hal ini karena sang Calon tetap melaju namun Fraksi tersebut tetap dapat menolak sang Calon, sungguh politik yang licin dan penuh dengan perhitungan. Saya yakin sebenarnya Fraksi yang menolak tersebut berharap sang Calon Kapolri tetap melaju, walau tanpa dukungan dari mereka.

Analisa Scenario 2 adalah bahwa om JK sebagai kawan sekaligus rival paling potensial om Joko saat ini memiliki calon Kapolri yang lain, karena itu om JK berusaha menghalangi calon Kapolri ini dengan mengungkapkan dosa-dosa Budi Gunawan kepada om Joko melalui tangan KPK, istilah patennya nabok nyilih tangan. Usaha-usaha ini telah dilakukan oleh KPK sebelum pencalonan ini resmi diajukan kepada DPR seperti yang diakui oleh pimpinan KPK dalam Konpressnya pada saat penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka. Karena om Joko tetap ngotot mengajukan Budi Gunawan sebagai calon tunggal Kapolri kepada DPR, maka kartu truff dibuka untuk menggagalkan sang calon. Jika scenario ini yang benar, harusnya DPR dalam hal ini KMP berpikir ulang untuk menyetujui Budi Gunawan sebagai Kapolri, setidaknya resiko yang diambil akan lebih kecil dan membiarkan om JK menjadi lawan yang tangguh bagi om Joko dengan kemungkinan calon dari om JK yang lolos. Analisa scenario 2 ini didukung dengan fakta bahwa Metro TV yang merupakan official TV dari om Joko tidak terlalu keras mengungkit keburukan dari Budi Gunawan, sehingga ada juga kemungkinan bahwa sang calon memang dikehendaki oleh om Joko untuk mengamankan posisinya, namun persaingan keras dengan om JK  yang membuat scenario ini sehingga menampar kredibiltas om Joko sebagai seorang Pemimpin yang dianggap bersih oleh para pendukungnya berusaha dipatahkan oleh om JK. Scenario ini membuat om JK seolah memukul om Joko dua kali tamparan sekaligus, pertama menampar om Joko bahwa dia mencalonkan Kapolri yang korup berarti juga bahwa dia melindungi orang-orang disekitarnya yang korup dan juga mendapat keuntungan dengan kemungkinan gagalnya sang calon menjadi Kapolri sehingga ada kesempatan mengajukan calon lain yang dikehendaki oleh om JK.  Jika scenario ini benar maka om Joko masuk kategori nekat dan gak punya otak serta tidak memiliki banyak kawan di dunia birokrasi sehingga terpaksa melakukan langkah-langkah konyol dengan menetapkan Budi Gunawan sebagai Calon Kapolri.

Ada analisa Scenario 3 yang agak mirip dengan scenario 2, hanya saja dalam hal ini dalangnya berbeda. Dalang dalam scenario 3 ini adalah Sutarman, yang merupakan Kapolri aktif saat ini. Indikasi kebenaran scenario ini adalah dengan adanya pernyataan Sutarman bahwa om Joko tidak pernah berkonsultasi dengannya tentang penetapan calon Kapolri dan adanya desas desus kemarin bahwa Sutarman menolak dipanggil oleh Jokowi. Scenario 3 ini juga dimungkinkan didalangi oleh Kabareskrim Suhardi yang berminat menjadi Kapolri, sehingga membeberkan data tentang bukti-bukti korupsi Budi Gunawan kepada KPK. Bisa jadi sebenarnya scenario 2 dan scenario 3 berdampingan karena masing-masing pihak yang memiliki musuh dan kepentingan yang sama. Bahkan analisa bahwa ada dendam tersendiri dalam diri pimpinan KPK terhadap om Joko karena tidak mendapatkan porsi sebagai anggota kabinet ataupun Jaksa Agung menjadi bumbu-bumbu dalam kedua scenario ini, juga bumbu tentang kedekatan Pimpinan KPK kepada om JK sehingga dapat diajak bekerjasama dalam kedua scenario ini. Jika scenario 2 dan scenario 3 adalah yang benar, maka saya beranggapan sebaiknya KMP menghalangi calon Kapolri dari om Joko, sehingga om JK punya kesempatan untuk mengajukan calon Kapolri versi mereka dan membuat posisi om Joko semakin lemah. Tentu saja om JK berkepentingan sangat besar dalam meloloskan Kapolri versi mereka, karena dukungan Kapolri dan militer sangat diperlukan oleh om JK dalam melengserkan om Joko dari tampuk kekuasaan. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya bahwa om JK merupakan lawan om Joko yang paling potensial saat ini. Jika om Joko lengser dari kekuasaannya maka dalam UUD om JK langsung menduduki tampuk kekuasaan nomor satu itu, om JK menyadari jika melalui pemilihan secara langsung oleh rakyat sangat kecil kemungkinan om JK bisa menang sebagai Calon orang nomor satu di negeri ini. Jadi jalan satu-satunya untuk menduduki kursi nomor satu dinegeri ini bagi om JK adalah melengserkan om Joko ditengah jalan. Saya bahkan menduga dalam perjalanan Golkar dan PDIP akan dibujuk  oleh om JK untuk memuluskan langkahnya ini. Fakta yang menguatkan scenario ini adalah pencopotan Kabareskrim dari jabatannya hari ini oleh om Joko, sesuatu yang terlihat agak terang benderang walaupun diakui sebagai rotasi jabatan biasa.

Dari ketiga scenario ini ada yang agak luput, yaitu bagaimana jika setelah disetujui oleh DPR calon Kapolri ini tidak jadi dilantik oleh om Joko?. Indikasi ini terlihat jelas dengan menguatnya tekanan media dan “masyarakat” yang membuat petisi tentang penolakan Budi Gunawan sebagai calon Kapolri. Petisi yang dibuat oleh “masyarakat” dan tekanan media pendukung om Joko bisa jadi merupakan scenario tersendiri sehingga menjadi alasan bagi om Joko untuk tidak melantik Budi Gunawan sebagai Kapolri. Bahkan dengan bombardir berita tentang Budi Gunawan yang kaya raya terselip berita tentang Bribda Taufik anggota Shabara Polda DIY yang miskin dan tinggal dikandang sapi, hehehe sungguh terlihat sekali dengan mata telanjang bagaimana pemberitaan dinegeri ini adalah industri yang menyokong kekuasaan. Indikasi lain tentang scenario tambahan ini terlihat dari dipanggilnya para petinggi Polri termasuk Sutarman, Wakapolri dan Budi Gunawan oleh om Joko ke Istana. Kedatangan mereka menguatkan dugaan bahwa om Joko berusaha berunding dengan petinggi Polri tentang pencalonan Kapolri ini dengan mengungkapkan fakta bahwa banyaknya penolakan dari masyarakat. Jika om Joko menolak melantik Budi Gunawan sebagai Kapolri maka dia mencuri point ditengah DPR yang serentak menyetujui pencalonan ini. Dia bisa beralasan bahwa pada saat dia mengajukan Budi Gunawan kepada DPR sebagai calon Kapolri belum memiliki status sebagai tersangka, berbeda dengan DPR yang menyetujui Budi Gunawan sebagai Calon Kapolri pada saat sang calon telah ditetapkan sebagai tersangka. Maka dengan alasan inilah om Joko dapat mencuri point ditengah polemik ini dan tetap bisa menolak pesanan dari sang bunda.

Entahlah semua ini hanya merupakan analisa pinggiran, kita tunggu saja sinetronnya ya....selamat menikmati


Tidak ada komentar:

Posting Komentar